Waspada Kencan Online! Kenalan Jadi Korban Stalking
- Unsplash
Media Bekasi – Di hari Valentine, kemajuan teknologi telah menghadirkan aplikasi kencan online yang memudahkan individu dalam mencari pasangan hidup. Namun, sayangnya, perkembangan ini juga membawa risiko penguntitan (stalking) yang dapat berpotensi membahayakan penggunanya.
Fakta ini terungkap melalui hasil survei yang dilakukan oleh Kaspersky terhadap 21.000 responden dari berbagai belahan dunia. Hasil survei menunjukkan bahwa hampir seperempat dari partisipan pernah mengalami bentuk penguntitan online dari seseorang yang baru dikenal melalui platform kencan daring.
Penelitian yang melibatkan 1000 responden dari 21 negara mengungkapkan bahwa pengguna kencan online rentan terhadap penguntitan dan pelecehan, terutama terkait dengan pengaturan lokasi, privasi data, dan kecenderungan berlebihan dalam berbagi informasi (oversharing).
Dalam hal kekerasan, lebih dari sepertiga (39%) dari responden melaporkan bahwa mereka pernah mengalami kekerasan atau pelecehan dari pasangan mereka, baik saat ini maupun sebelumnya. Adapun 16% responden pernah menerima email atau pesan yang tidak diinginkan, dan 13% bahkan telah difilmkan atau difoto tanpa persetujuan mereka. Sebanyak 10% mengakui bahwa lokasi mereka pernah dilacak, 10% mengalami peretasan akun media sosial atau email, dan yang paling mengkhawatirkan, 7% menyatakan pernah dipasangi perangkat penguntit (stalkerware) tanpa persetujuan.
Secara proporsional, responden perempuan cenderung lebih sering mengalami kekerasan atau pelecehan dibandingkan dengan responden laki-laki (42% berbanding 36%). Lebih lanjut, mereka yang saat ini dalam hubungan pacaran memiliki tingkat kekerasan atau pelecehan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang telah menjalin hubungan jangka panjang (48% berbanding 37%). Sebanyak 34% responden mengakui khawatir akan kemungkinan penguntitan online, dengan responden perempuan sedikit lebih cemas daripada responden laki-laki (36% berbanding 31%).
Tingkat penguntitan online juga bervariasi secara global, dengan wilayah Amerika Selatan dan Tengah serta Asia melaporkan tingkat kejadian tertinggi – 42% responden di India, 38% di Meksiko, dan 36% di Argentina.
David Emm, Peneliti Keamanan Utama di Kaspersky, mengingatkan bahwa meskipun korban tidak bertanggung jawab atas perilaku yang merugikan ini, langkah-langkah pencegahan sangat penting. Ia menyoroti perlunya verifikasi identitas online dan mengajak orang untuk melakukan pengecekan cepat terhadap informasi yang dibagikan, seperti kata sandi, guna menghindari penyalahgunaan data.
Emma Pickering, Head of Technology-Facilitated Abuse and Economic Empowerment di Refuge, menambahkan pentingnya penerapan proses verifikasi dalam aplikasi kencan online. Sebagai contoh, Bumble diakui sebagai satu-satunya aplikasi kencan yang telah mengadopsi tingkat verifikasi ini. Selain itu, ia menekankan perlunya akses mudah terhadap panduan keselamatan dan sumber daya dalam berbagai bahasa untuk memastikan individu yang rentan mendapatkan dukungan tanpa harus mendaftar ke aplikasi tertentu.
Mengacu pada Undang-undang Keamanan Online Inggris, yang menetapkan standar bagi platform dalam melindungi pengguna, disarankan agar setiap individu menjaga keamanan kehadiran online mereka, termasuk mengelola kata sandi dan akun dengan baik. Dengan semakin meluasnya potensi penguntitan dan penyalahgunaan melalui teknologi, penting untuk selalu berhati-hati dan proaktif dalam melindungi diri secara daring.